Thursday, February 23, 2006

Alat Deteksi Bau Mulut Semakin Ringkas

Alat Deteksi Bau Mulut Semakin Ringkas
Jakarta, Senin

Kirim Teman Print Artikel
ist
Seseorang peneliti mencoba mendeteksi bau mulutnya dengan alat yang dapat dipasang di mana saja.

Alat ini mungkin dapat digunakan di berbagai tempat untuk mendeteksi penyakit dari bau mulut seseorang. Seperti hidung manusia, penganalis bau yang dikembangkan para peneliti di Universitas Buffalo, AS ini sangat peka terhadap elemen-elemen kimia yang menghasilkan berbagai jenis bau.
Beberapa karakteristik bau mulut telah dikenali sebagai tanda-tanda penyakit diabetes, AIDS, dan schizophrenia. Para peneliti menggunakannya sebagai biomarker untuk mengetahui apakah seseorang terserang penyakit tersebut atau tidak.
"Kami membuat alat berukuran kecil, murah, dan sempurna untuk mendeteksi penyakit di manapun, bisa di mal, area parkir, rumah, bahkan jalanan," kata Frank Bright dari Universitas Buffalo. Alat buatannya lebih berpotensi dimanfaatkan sebab sistem pengenal bau mulut yang dibuat sebelumnya berukuran besar, tidak praktis, dan memiliki kemampuan terbatas.
Secara teknis alat tersebut dapat diindahkan dengan mudah termasuk dipasang di ruang terbuka. Meskipun bentuknya tidak seperti hidung sesungguhnya, alat pencium elektronik ini dilengkapi sensor yang kerjanya mirip dengan sensor biologis yang ada dalam rongga hidung.
Sensor-sensor ini akan merespon molekul-molekul yang terbawa aliran napas. Setiap sensor akan mengaktifkan sinyal saat mendeteksi jenis molekul tertentu. Selain itu, alat tersebut dilengkapi sistem kecerdasan buatan sehingga dapat diajari mengenali berbagai karakteristik penyakit dengan lebih baik.
Para ilmuwan akan mulai mengajarkan berbagai sampel bau dari napas pasien yang telah didiagnosa menderita kanker. Dengan demikian, alat tersebut dapat mengenali ada tidaknya penyakit dalam tubuh pasien lainnya jika mendeteksi bau yang sama. Alat tersebut juga diajari membedakan bau yang dipicu penyakit dengan bau-bau yang normal seperti listerine, burger keju, dan menthol.
Jika hidung elektronik sebelumnya hanya memiliki 30 buah sensor, alat yang dikembangkan Bright dan tim penelitinya disusun oleh 100 jenis sensor yang dapat membedakan berbagai jenis molekul. Mereka terus mengembangkan sistem tersebut hingga memiliki satu juta sensor.
"Kemampuan alat untuk menyusun daftar karakteristik bau dari satu juta sensor sangat bernilai," kata Bright. Ia berharap prototipnya dapat diselesaikan dalam waktu satu tahun.
Sumber:
LiveScience.com
Penulis:
Wah

No comments: