Tuesday, June 20, 2006

Kubah Benih di Norwegia




Ibarat Perahu Nuh di Svalbard
Kubah Benih di Norwegia Mulai Dibangun

Jakarta, Selasa


Kirim Teman | Print Artikel

ist
Kubah benih untuk menyimpan berbagai biji-bijian dari seluruh dunia dibangun di bawah gunung batu yang terletak di Pulau Svalbard, Laut Arktik.

Berita Terkait:

Gudang Bibit Teraman di Dunia
Frozen Ark, Bahtera Nabi Nuh di Jaman Modern

Ibarat perahu Nabi Nuh yang dibangun untuk menyelamatkan umatnya, pembangunan kubah benih di Kutub Utara akhirnya dimulai juga. Pemerintah Norwegia memulai pembangunan tempat penyimpanan benih dari seluruh dunia di bawah lereng sebuah gunung beku yang terletak di Pulau Svalbard, Laut Arktik.

Lebih dari 100 negara mendukung pembangunan kubah yang akan dipakai untuk menyimpan benih yang dikemas dalam kertas perak di bawah temperatur beku. Bangunan tersebut ibarat bank yang berfungsi menyimpan berbagai tumbuhan dunia yang mungkin di masa depan dapat bermanfaat untuk mengatasi kelaparan.

Perdana Menteri dari lima negara menghadiri peresmian pembangunannya yang diadakan di dekat kota Longyearbyen, di pulau tersebut, Senin (19/6). Perdana Menteri Norwegia, Swedia, Denmark, Finlandia, dan Islandia melakukan peletakan batu pertama yang menandai dimulainya pembangunan.

"Kubah ini penting bagi dunia. Berbeda dengan bank benih pada umumnya yang ditujukan untuk kepentingan komersial," kata PM Norwegia Jens Stoltenberg. Sekitar 1.400 bank benih yang ada sekarang umumnya masih berisiko mengalami kerusakan karena hanya disimpan di laboratorium.

Kubah dibangun untuk memastikan kelangsungan hidup berbagai jenis tanaman saat dunia mungkin menghadapi serangan penyakit, perang nuklir, bencana alam, atau perubahan iklim. Biji-bijian yang tersisa ini mungkin dapat digunakan untuk mengatasi kelaparan yang mungkin meluas di dunia karena berbagai ancaman tersebut.

Disimpan pada temperatur sekitar minus 18 derajat Celcius, biji-bijian tersebut mungkin tahan ratusan bahkan ribuan tahun. Jika sistem pengatur suhunya rusak sekalipun temperaturnya tidak akan melebihi batas beku karena terdapat permafrost (lapisan es) pada batuan di atasnya.

Bangunan tersebut dilengkapi pintu baja dan dijaga secara alami oleh beruang-beruang yang tersebar di sana. Para pengembangnya memastikan bahwa dinding beton yang dipakai sangat kuat.

Pengelolaan kubah benih ini dilakukan Global Crop Diversity Trust yang didirikan pada 2004. Bangunan tersebut direncanakan akan mulai beroperasi sejak September 2007. Pada tahap awal diharapkan dapat terisi sekitar tiga juta jenis biji-bijian.

Bangunan tersebut akan menjadi milik Norwegia, namun biji-bijian yang ada di dalamnya merupakan milik negara-negara yang menyumbangkannya. Global Crop Diversity Trust akan membayar biaya pengiriman dan penyimpanan dari negara-negara berkembang.


Sumber: bbc.co.uk
Penulis: Wah

Bahan Anti-beku

Bahan Anti-beku Diproduksi Pankreas Ikan

Jakarta, Selasa


Kirim Teman | Print Artikel

PNAS
Ikan Antartctic notothenioids menghasilkan protein anti-dingin agar cairan tubuhnya tidak membeku di air bersuhu sangat dingin.

Berita Terkait:

Kutu Salju Memiliki Kemampuan Antibeku Alami

Jenis ikan-ikan tertentu mampu bertahan hidup di perairan sedingin Antartika sekalipun, salah satunya spesies ikan bernama Antartctic notothenioids. Ikan tersebut dapat bertahan hidup pada kondisi ekstrim karena mengandung protein yang mencegah cairan tubuhnya berubah menjadi kristal es.

Protein yang disebut antifreeze glycoprotein (AFGP) telah diketahui sejak 35 tahun lalu. Namun, para ilmuwan belum mengetahui bagaimana dan di mana molekul-molekul tersebut dihasilkan dalam tubuh ikan.

Selama bertahun-tahun, mereka menduga AFGP diproduksi di hati karena organ tersebut diketahui menjadi pabrik protein darah. Tapi, saat dilacak balik, AFGP tidak bersumber dari hati.

Hasil analisis terhadap jaringan ikan nototheniods menunjukkan bahwa protein anti-dingin tersebut dihasilkan dari pankreas dan lambung. Temuan ini dilaporkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences edisi online 19 Juni.

"Ini membuktikan bahwa hati tidak memiliki peranan di sini," kata salah satu penulis laporan penelitian, Christina Cheng, dari Universitas Illinois, Urbana-Champagne.

Di Laut Antartika bagian selatan, suhu air laut jarang di atas minus 2 derajat Celcius. Sedangkan, cairan di dalam tubuh ikan membeku pada suhu minus 1 derajat Celcius. Air laut sering bercampur dengan kristal es berukuran kecil yang mungkin dapat membekukan cairan dalam lambung ikan saat mencernanya.

AFGP yang dihasilkan di ususnya kemudian diserap ke dalam darah sehingga cairan tubuhnya tidak membeku. Kemampuan ini kemungkinan terbentuk sebagai hasil evolusi yang dipicu kebutuhan nototheniods agar bertahan hidup di lingkungan ekstrim.


Sumber: LiveScience.com
Penulis: Wah

PENANGKAP EMBUN

Menangkap Embun Layaknya Kumbang Gurun

Jakarta, Rabu


Kirim Teman | Print Artikel

Andrew Parker
Kumbang gurun dari jenis Stenocera memiliki struktur tubuh yang efektif untuk mengumpulkan embun setiap pagi.

Meskipun kering dan tandus, para ilmuwan dapat mengumpulkan air di padang pasir dengan efektif. Menggunakan material khusus, titik-titik embun dari uap air yang terbentuk setiap fajar dapat dikumpulkan menjadi satu.

Material yang dikembangkan merupakan biomimikri, meniru taktik kumbang gurun dari jenis Stenocara untuk memperoleh air setiap pagi. Taktik sejenis kumbang yang hidup di Gurun Namibia itu sendiri telah dipaparkan Andrew Parker, seorang pakar biologi dari Universitas Oxford, dalam jurnal Nature pada 2001.

Gurun Namibia tergolong sangat tandus karena hanya diguyur hujan kurang dari dua centimeter dalam setahun. Namun, setiap menjelang matahari terbit, tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup di hamparan gurun yang tandus diselimuti kabut uap air tipis.

Titik-titik air dari kabut tersebut akan menempel di permukaan kulit punggung kumbang yang keras. Karena permukaan kulitnya kedap air, titik-titik air yang mengembun akan melalui jalur di antara lekuk-lekuk sayapnya menuju ke kepalanya.

"Hal tersebut menyebabkan sejumlah embun terkumpul di lekukan di kepala yang bersifat kedap air dan lama-lama semakin banyak," kata ketua penelitinya, Michael Rubner, seorang profesor ilmu material dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT). Ketika jumlahnya berlebih, air meluber lalu mengalir ke jalur khusus ke mulutnya sehingga kumbang dapat menikmati minumannya yang segar.

Untuk menangkap embun, Rubner dan koleganya Robert Cohen membangun arsitektur material menyerupai permukaan kulit kumbang dari campuran kaca dan plastik. Hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam jurnal Nano Letters.

Material seperti ini suatu saat dapat digunakan dalam sistem pendingin. Lembaga militer AS juga tertarik menggunakan material ini untuk membersihkan substansi berbahaya. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) dan National Science Foundation (NSF) ikut mendanai proyek pengembangan material ini.


Sumber: LiveScience.com
Penulis: Wah

Wednesday, June 14, 2006

Kopi Meringankan Penyakit Hati

Kopi Meringankan Penyakit Hati

Jakarta, Rabu


Kirim Teman | Print Artikel

ist
Survai menunjukkan mengonsumsi kopi secara teratur menurunkan penyakit cirrhosis yang dipicu konsumsi alkohol.

Berita Terkait:

Kafein Tingkatkan Rangsangan Seksual Wanita?
Kopi Mengurangi Resiko Penyakit Hati

Minum kopi secara teratur dapat menurunkan risiko penyakit hati yang disebabkan konsumsi alkohol. Penelitian di AS menunjukkan, risiko pembentukan penyakit cirrhosis karena alkohol menurun hingga 22 persen untuk setiap cangkir kopi yang diminum setiap hari.

Meskipun demikian, para ahli yang melaporkan temuannya dalam Archieves of Internal Medicine mengingatkan bahwa mengurangi konsumsi alkohol adalah cara yang paling efektif mencegah kerusakan hati.

Penelitian tersebut dilakukan terhadap 125.580 pria dan wanita selama 20 tahun. Para peneliti dari California menggunakan rekam medis pasien-pasien yang diperiksa secara sukarela sepanjang 1978 hingga 1985.

Untuk melihat kerusakan di hati, mereka mengukur enzim tertentu di darah. Sesuai prediksi, kadar enzim jauh lebih tinggi pada pecandu berat. Meskipun demikian, orang yang mengonsumsi alkohol dan kopi memiliki kadar enzim yang rendah daripada yang hanya alkohol.

Pada 2001, 330 orang didiagnosa menderita penyakit hati cirrhosis dan 199 di antaranya disebabkan karena mengonsumsi alkohol secara rutin. Minum kurang dari segelas kopi setiap hari menurunkan risiko serangan cirrhosis hingga 30 persen, satu hingga tiga cangkir menurunkan hingga 40 persen, dan lebih dari empat cangkir hingga 80 persen.

Risiko cirrhosis yang tidak berasosiasi dengan alkohol juga menurun meskipun tidak terlalu signifikan. Namun, teh tidak memiliki pengaruh yang sama. Ini menunjukkan bahwa yang memengaruhi mungkin bukan kafein.

Para peneliti belum memastikan apakah kafein yang mempengaruhi sebab minum teh bukan kebiasaan di sana. Dengan mempelajari racikan kopi, mungkin para peneliti dapat mengembangkan obat penawar dan pemahaman yang lebih baik terhadap mekanisme pembentukan penyakit hati.

"Interaksi sebab akibat kopi dan etanol terhadap hati terbukti, namun kita harus tetap berpikir bahwa kopi mungkin hanya salah satu potensi yang menurunkan risiko cirrhosis," kata penelitianya Dr. Arthur Klatsky dari Kaiser Permanente Division of Research di California.

Meskipun tidak menjelaskan alasan mengapa penurunan ini bisa terjadi, hasil penelitian tersebut menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut untuk mengungkapnya. Menurut Profesor Kedokteran Chris Day dari Pusat penelitian Hati di Universitas Newcastle, kegemukan juga salah satu penyebab naiknya risiko penyakit hati. Faktanya, kegemukan merupakan salah satu efek perubahan tubuh para pecandu alkohol.


Sumber: bbc.co.uk
Penulis: Wah

Sunday, June 11, 2006

Jamur Pengurai Sampah Plastik

Jamur Pengurai Sampah Plastik

Jakarta, Rabu


Kirim Teman | Print Artikel
ist
Jamur Phanerochaete chrysosporium yang biasa tumbuh di kayu busuk ternyata dapat menguraikan plastik jenis resin fenol.

Jenis jamur tertentu yang biasanya menguraikan kayu ternyata juga dapat mengunyah plastik. Temuan para peneliti AS ini menawarkan metode pengolahan sampah plastik agar tidak tertimbun di tanah selamanya dan mencemari lingkungan.

Namun, tidak semua jenis plastik dapat diuraikan. Plastik yang baru dapat diuraikannya adalah jenis resin fenol yang banyak digunakan untuk membuat lem plywood dan papan serat kayu atau pada cetakan mobil. Plastik memiliki molekul yang besar dan sulit dipecahkan terbentuk dari molekul-molekul fenol berbentuk cincin dan formaldehida yang diberi tekanan dan panas tinggi.

Jenis plastik ini populer sebab tahan lama. Namun, efek sampingnya sulit didaur ulang. Tidak seperti polietilen yang digunakan untuk kemasan air mineral, resin tersebut sangat keras sehingga sulit meleleh. Sekitar 2,2 juta ton resin fenol diproduksi di AS setiap tahun atau sekitar 10 persen dari jenis plastik yang diproduksi di sana.

Sebagian sampah resin fenol digunakan lagi dalam bentuk aslinya. Percobaan daur ulang juga dilakukan dengan memanaskan pada suhu tinggi dan menggunakan larutan kimia. Namun, cara seperti ini mahal dan menghasilkan produk samping yang mencemari lingkungan.

Adam Gusse dan koleganya dari Universitas Winconsin-La Crosse kemudian meneliti manfaat jamur yang biasanya hidup di pangkal batang yang membusuk. Jamur yang berwarna putih ini menghasilkan ramuan enzim yang dapat memecah lapisan lignin yang keras. Lignin memiliki struktur kimia yang mirip resin fenol karena disusun dari molekul-molekul yang saling berikatan.

Gusse meletakkan serpihan-serpihan resin fenol ke lima spesies jamur berbeda untuk membandingkan pengaruhnya. Tim peneliti melihat terdapat satu spesies bernama Phanerochaete chrysosporium yang berubah warna tubuhnya dari putih menjadi merah muda setelah beberapa hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa jamur tersebut telah menguraikan resin menjadi molekul-molekul polimer lebih kecil yang berwarna merah muda.

Mereka memastikan temuannya setelah memberi makan jamur tersebut dengan resin fenol yang mengandung isotop karbon lebih berat. Hasilnya, isotop terserap ke tubuh jamur setelah berpesta plastik.

"Kerusakannya jelas sekali terlihat," kata Gusse. Dengan mikroskop elektron, permukaan resin terlihat penuh dengan kawah seperti bekas dikunyah.

Menurut Gusse, jamur tersebut bahkan dapat dimanfaatkan untuk mendaur ulang komponen-komponen fenol jika metode pemanfaatannya telah dikembangkan. Namun, ide tersebut masih jauh untuk dikomersialkan.

Sejauh ini, para peneliti belum menghitung seberapa efektif jamur menguraikan resin. Gusse memperkirakan butuh waktu beberapa bulan untuk menyelesaikannya.

Jamur putih sejenis lainnya juga diketahui memiliki kemampuan menguraikan plastik jenis polystyrene atau polutan seperti polychlorinated biphenyl (PCB). "Mereka mengeluarkan enzimnya dan memangsa apapun di sekitarnya," kata Gusse.

Sumber: Nature.com
Penulis: Wah

Jiwa Wirausaha Dipengaruhi Gen?





Jiwa Wirausaha Dipengaruhi Gen?

London, Rabu


Kirim Teman | Print Artikel

ist
Anak-anak kembar identik cenderung memiliki semangat, minat, dan kemampuan berwirausaha yang sama dibandingkan anak kembar tidak identik.

Tidak semua orang mau dan bisa menjadi entrepreneur (pengusaha). Menurut kajian para peneliti, salah satu faktor yang berpengaruh besar adalah sifat genetiknya.

Lupakan pengaruh lingkungan dan pola pengasuhan di keluarga. Penelitian yang dilakukan terhadap anak-anak kembar di Inggris dan AS menunjukkan lingkungan keluarga hanya sedikit berpengaruh. Sekitar 50 persen prospek seseorang menjadi pekerja mandiri atau pengusaha dipengaruhi gen.

"Hubungan keturunan yang tinggi menunjukkan pentingnya memahami faktor genetik untuk menjelaskan mengapa beberapa orang memiliki jiwa wirausaha sedangkan lainnya tidak," kata Profesor Tim Spector dari RS St. Thomas di London.

Spector adalah direktur Unit Penelitian Anak Kembar di RS tersebut. Sekitar 10 ribu anak kembar telah berhasil didaftar dan dilibatkan dalam berbagai penelitian mengenai penyakit, kepribadian, dan kemampuan manusia.

Kali ini, Spector dan para ilmuwan di Imperial College London dan Case Western Reserve University di Cleveland menganalisis pengaruh genetik dan lingkungan pada pengusaha. Mereka melakukannya dengan cara membandingkan 609 pasangan anak kembar identik, yang memiliki gen relatif sama, dan 657 pasang anak kembar tidak identik.

Jumlah pengusaha di antara anak-anak kembar dengan pengusaha pada populasi secara keseluruhan relatif sama. Spector dan timnya menemukan, anak kembar identik cenderung mengembangkan kemampuan-kemampuan wirausaha yang mirip dibandingkan anak kembar tidak identik. Hal tersebut menunjukkan bahwa gen berpengaruh.

"Bukti menunjukkan bahwa faktor genetik memengaruhi berbagai aspek bisnis dari kepuasan kerja hingga keterampilan dan kualitas kerjanya," kata Spector. Para peneliti yakin gen memiliki pengaruh terhadap bentuk kepribadian dan kemampuan yang berperan untuk membentuk seseorang menjadi pengusaha. Temuannya dipresentasikan pada pertemuan di Sekolah Bisnis London.


Sumber: reuters
Penulis: Wah

Kualitas Sperma Dipengaruhi Umur

Kualitas Sperma Dipengaruhi Umur

Washington, Rabu


Kirim Teman | Print Artikel

ist
Kualitas sperma yang dihasilkan pria menurun seiring dengan betambahnya usia sehingga meningkatkan kemungkinan gagalnya pembuahan dan keturunan pendek/kerdil.


Menunda untuk memiliki anak mungkin sebaiknya dihindari, baik oleh pria maupun wanita. Sebab, tidak hanya wanita yang kesuburannya dibatasi umur, hasil penelitian terbaru menunjukkan, kualitas sperma juga semakin menurun seiring bertambahnya usia.

Semakin berumur, seorang pria semakin sulit menjadi ayah dan memiliki kemungkinan lebih besar menurunkan anak yang pendek/kerdil. Temuan ini dijelaskan Andrew Wyrobek dari Lawrence Livermore National Laboratory dan Brenda Eskenazi dari University of California, Berkeley pada edisi online Proceedings of the National Academy of Sciences.

Pengamatan yang dilakukan pada 97 pria berusia 22 hingga 80 tahun menunjukkan naiknya fragmentasi DNA pada sperma pria sebanding dengan umurnya. Pada penelitian sebelumnya, tim peneliti yang sama juga menemukan bahwa produksi sperma terus menurun dan menjadi tidak aktif seiring bertambahnya usia.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa pria juga memiliki jam biologis, hanya berbeda," kata Eskenazi. Menurutnya, tingkat kesuburan dan kemungkinan seorang pria menghasilkan keturunan yang sehat menurun secara bertahap namun tidak seekstrim wanita.

Batas biologis wanita telah diketahui sejak lama. Semakin lanjut usia seorang wanita, semakin besar risikonya melahirkan dan menghasilkan anak yang mengalami kelainan genetik, misalnya tekena sindrom Down.

Tidak seperti pada wanita, perubahan sperma pada pria tidak meningkatkan risiko sindrom Down pada keturunannya. Namun, pria yang berumur memiliki risiko lebih besar menurunkan anak yang kerdil serta berbagai kelainan genetik dan kromosom.

"Pria yang menunda kelahiran tidak hanya berisiko gagal memiliki keturunan, namun risikonya memiliki anak yang mengalami kelainan genetik juga meningkat," kata Wyrobek.


Sumber: AP
Penulis: Wah

Thursday, June 01, 2006

PENAWAR EFEK RUMAH KACA

Kutub Utara Dulunya Bersuhu Tropis

Jakarta, Kamis


Kirim Teman | Print Artikel
ist
Kutub Utara pada awalnya merupakan wilayah yang hangat namun berubah menjadi dingin sejak perkembangan paku-pakuan Azolla meledak sekitar 45 juta tahun lalu.

Berita Terkait:
• Kutub Utara Magnet Bumi Bergeser
• Daratan Es Greenland Semakin Berkurang
• Dasar Laut Kutub Utara Simpan Kehidupan Unik

Sekitar 55 juta tahun lalu, Kutub Utara mungkin bukan daerah beku seperti saat ini dan memiliki temperatur sehangat daerah tropis. Pendapat tersebut muncul setelah para ilmuwan mempelajari lapisan tanah yang diambil hingga kedalaman 400 meter dari dasar Laut Arktik.

Tim peneliti internasional menemukan bahwa wilayah paling utara di Bumi itu mengalami transformasi dari suatu daerah yang hijau menjadi daerah beku. Temuan ini dilaporkan dalam tiga makalah yang dimuat jurnal Nature.

Sebelumnya, pemahaman mengenai sejarah masa lalu Kutub Bumi masih sangat terbatas. Para ilmuwan kesulitan mengambil bukti-bukti dari wilayah yang bersuhu ekstrim dan hampir seluruhnya tertutup lapisan es.

Namun, sejak Ekspedisi Inti Arktik (Acex) diluncurkan pada 2004, para peneliti berhasil memperoleh sampel tanah dengan mengebor dasar Laut Arktik hingga kedalaman 400 meter.

Lapisan tanah dari zaman ke zaman terlihat dengan jelas dari dalam tabung silinder yang dipakai. Sampel lapisan tanah tersebut diambil dari Pegunungan Lemonosov yang memanjang sejauh 1.400 kilometer di dasar laut antara Siberia hingga Greenland.

Dengan mempelajari mineral dan fosil yang tersisa di setiap lapisan tanah, para peneliti dapat mempelajari sejarah wilayah tersebut. Bagian terbawah dari lapisan tersebut menunjukkan peristiwa yang terjadi di Arktik selama zaman Paleocene/Eocene yang bersuhu tinggi sekitar 55 juta tahun lalu.

Karakteristik tanah menunjukkan bahwa 55 juta tahun lalu, tidak ada es sedikit pun di permukaan Laut Arktik yang suhunya sekitar 18 derajat Celcius. Namun, peningkatan efek rumah kaca menaikkan suhunya hingga 24 derajat Celcius sehingga spesies alga tropis Apectodinium dapat hidup di perairannya.

"Periode ini berkaitan erat dengan efek rumah kaca besar-besaran yang melanda Bumi," kata Apply Sluijs, seorang paleontolog dari Universitas Utrecht, Belanda yang juga penulis utama salah satu makalah.

"Pada dasarnya, itu juga akan terjadi jika atmosfer Bumi mengandung gas rumah kaca dalam jumlah besar dan suhu Bumi akan meningkat sekitar 5 derajat Celcius," imbuh Sluijs. Kemungkinan terjadinya perubahan ini telah dipelajari secara global, namun Arktik mendapat perhatian lebih.

Dari bukti ini, suhu Arktik pada zaman Paleocene ternyata lebih tinggi dari perkiraan. Dengan pemodelan iklim, para ahli sebelumnya memprediksi bahwa suhu di wilayah tersebut 15 derajat Celcius lebih rendah.

Melawan efek rumah kaca

Pada makalah kedua, yang ditulis oleh Henk Brinkhuis, juga dari Universitas Utrecht, melaporkan bahwa Laut Arktik mengalami bentuk transformasi lainnya sekitar 50 juta tahun lalu. Perairan di sana berubah dari asin menjadi tawar dan mulai ditumbuhi jenis paku-pakuan bernama Azolla.

"Dengan pemodelan iklim, kami berasumsi bahwa pada awal periode Eocene terdapat pasokan air tawar ke perairan di sana dari hujan dan aliran sungai besar di Kanada dan Siberia," kata Profesor Brinkhuis. Pada akhirnya, lingkungan yang berubah menjadi cocok untuk perkembangan Azolla.

Ia yakin pertumbuhan jenis paku-pakuan secara besar-besaran akhirnya menyebabkan penurunan suhu di wilayah tersebut. Menurut Brinkhuis, ketika jumlahnya berlebih hingga memenuhi seluruh perairan, maka akan menyedor karbon dioksida besar-besaran dari atmosfer.

Mekanisme ini merupakan bentu kebalikan dari efek rumah kaca. Ia berpendapat mulai saat itulah perlahan-lahan terjadi perubahan dari lingkungan yang hangat menjadi sangat dingin.

"Lima ratus ribu tahun setelah Azolla ditemukan, kami menemukan batuan yang pertama," kata Brinkhuis yang juga penulis utama makalah ketiga tentang susunan lapisan es di Arktik. Batuan-batuan ini merupakan sejenis dengan yang ditemukan di pulau es, pegunungan es, dan perairan beku. Jadi, mungkin saat itu sudah cukup dingin untuk terbentuk es.

Sebelumnya, es di belahan Bumi utara diperkirakan terbentuk sejak tiga juta tahun lalu. Namun, bukti batuan menunjukkan bahwa hal tersebut mungkin telah terjadi setidaknya sejak 45 juta tahun lalu.

Perbedaan antara temuan langsung dengan hasil pemodelan iklim menggugah para peneliti untuk mempelajari sejarah Bumi lebih dalam. Jika temuan ini benar dan meyakinkan, pemodelan iklim harus direvisi agar prediksi perubahan iklim di masa mendatang lebih akurat.