Tuesday, August 08, 2006

pengganti bahan bakar minyak di masa depan

Minyak Plankton Segar



ALICANTE -- Sementara pohon dan biji jarak sedang menjadi primadona di lahan pertanian Indonesia, sebuah perusahaan di Spanyol mengincar fitoplankton dari lautan untuk dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif. Bio Fuel Systems, nama perusahaan itu, mengklaim bahwa "perasan fitoplankton" 400 kali lebih produktif daripada bahan bakar alternatif dari jenis tumbuhan lainnya.

Bernard Stroiazzo-Mougin, Presiden Bio Fuel Systems, meyakini olahan minyak fitoplankton adalah kandidat kuat pengganti bahan bakar minyak di masa depan. "Harganya juga akan lebih murah," katanya memberi janji.

Bio Fuel Systems menjalin kerja sama dengan tim ilmuwan lokal di University of Alicante. Selama tiga tahun, mereka melakukan riset bersama sebelum tahun ini membentuk Bio Fuel Systems. "Kami telah berhasil mengembangkan sebuah proses konversi energi, yang berdasarkan tiga elemen: energi surya, fotosintesis, dan medan elektromagnet," Mougin menjelaskan. "Proses itu memungkinkan kami mendapatkan bahan bakar minyak, sama seperti yang ditambang dari fosilnya."

Christian Gomez, ketua tim peneliti dari University of Alicante, menambahkan, fitoplankton lebih cepat dibudidayakan dan dipanen ketimbang jenis tanaman lainnya. Tapi, sama seperti yang lainnya, fitoplankton mampu memangkas emisi gas karbon dioksida dari proses pembakaran bahan bakar secara signifikan. "Dan bahan bakarnya bebas dari polutan lain, seperti sulfur dioksida," kata Gomez menambahkan.

Bio Fuel Systems sudah merancang rencana berskala industri untuk memproduksi bahan bakar alternatifnya itu. Mereka optimistis produksi pertama akan terealisasi dalam 14-18 bulan ke depan.

"Saat ini kami sudah sampai pada kemampuan mengekstrak sejumlah besar minyak mentahnya," kata Mougin sambil menyebut sebuah potensi sumber bahan bakar bersih baru yang tak akan berkehabisan.

Namun, berbeda dengan perasan biji jarak dan teknologinya, yang sudah terbukti dalam ekspedisi menempuh jarak lebih dari 3.000 kilometer, bahan bakar nabati dari fitoplankton belum teruji. Hasil riset saat ini baru sampai pada produk minyak mentahnya, yang hijau gelap, dan masih harus dikilang sebelum bisa digunakan. wuragil | edie.net | yahoonews

sumber : www.korantempo.com

Wednesday, August 02, 2006

Bisa Kalajengking Atasi Tumor

Bisa Kalajengking Atasi Tumor


JAKARTA, RABU - Bisa kalajengking mungkin dapat dipakai sebagai pembersih tumor. Para peneliti menggunakan bahan sintetisnya sebagai pembawa yodium yang bersifat radioaktif ke sel-sel tumor otak yang masih tertinggal setelah pembedahan

Sejauh ini, teknik tersebut telah diuji pada 18 pasien dan percobaan medis lebih lanjut masih dilakukan. Sebagaimana dilaporkan dalam Journal of Clinical Oncology, hasilnya sementara menunjukkan bahwa proses pengobatan ini dapat diterima tubuh dan efektif.

Para peneliti di Pusat Kesehatan Cedars-Sinai, California, AS mengembangkan TM-601, sintesis peptida (rangkaian asam amino pembentuk protein) yang secara alami terkandung dalam bisa kalajengking kuning raksasa dari Israel. Tidak seperti substansi lainnya, peptida ini dapat mengalir melalui darah dan berikatan dengan sel-sel glioma.

Sel-sel glioma merupakan bentuk tumor otak yang sangat agresif. Hanya 8 persen pasien penderita glioma yang bertahan hidup hingga 2 tahun dan hanya 3 persen yang bertahan hingga lima tahun dari jumlah penderita yang didiagnosis selama ini. Pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi hanya memperpanjang umur penderitanya saja namun tidak membunuh seluruh sel-sel glioma.

TM-601 yang dicampur yodium radioaktif disuntikkan ke rongga bekas pembedahan tumor antara hari ke-14 hingga 28 setelah operasi dilakukan. Sebanyak enam pasien diberi dosis yang lebih tinggi. Hal tersebut dilakukan untuk menguji seberapa besar batas toleransi tubuh terhadap bisa sintesis ini.

Hasilnya menunjukkan bahwa tubuh tidak memberikan efek negatif. Kebanyakan pasien yang diberi terapi pengobatan tambahan ini dapat memperpanjang hidupnya hingga 27 minggu. Namun, dua orang pasien kelihatannnya bebas tumor sama sekali dan masih hidup hingga bulan ke 33 dan 35 setelah dioperasi.

Analisis menunjukkan bahwa sifat radioaktif akan hilang secara keseluruhan setelah 24 jam zat disuntikkan. Radiasi tersebut juga bekerja di sekitar luka operasi saja sehingga tidak merusak sel-sel otak yang sehat.

"Jika penelitian ini berhasil, mungkin kami dapat mengombinasikan pengobatan ini dengan kemoterapi yang mungkin dapat memberikan efek lebih baik," kata Dr. Adam Mamelak, seorang ahli bedah otak di Cedars-Sinai. Percobaan medis lanjutan masih dibutuhkan untuk memastikan tingkat efektifitas pengobatan ini.



Sumber: BBC
Penulis: Wah