Thursday, May 18, 2006

Diet Kalori Memperpanjang Umur?

Diet Kalori Memperpanjang Umur?

Jakarta, Kamis


Kirim Teman | Print Artikel


Untuk memperpanjang usia hidup, jangan makan terlalu banyak mungkin menjadi saran yang patut dipertimbangkan. Meskipun belum dapat dipastikan, penurunan aktivitas hormon pertumbuhan mungkin menjadi kuncinya panjang umur.

Dugaan ini muncul setelah Andrezej Bartke dan koleganya di Southern Illinois University, Springfields, AS melakukan percobaan terhadap tikus normal dan tikus yang dimutasi agar hormon pertumbuhannya tidak aktif. Setengah dari kedua kelompok tikus diberi makanan sesuai keinginannya. Sedangkan, setengah tikus lainnya diberi makanan yang mengandung kalori 30 persen lebih rendah.

Sesuai dugaan, tikus-tikus normal, yang mengonsumsi makanan dengan kandungan kalori 30 persen lebih rendah, hidup lebih lama. Tikus-tikus tersebut bertahan antara 20 hingga 30 persen lebih lama daripada tikus normal yang banyak mengonsumsi makanan.

Begitu pula dengan tikus yang dimodifikasi sehingga tidak memiliki reseptor hormon pertumbuhan. Tikus-tikus yang diberi makan berkalori rendah dapat hidup lebih lama daripada yang mengonsumsi makanan dengan bebas.

Hal tersebut juga menunjukkan bahwa pembatasan kalori juga menyebabkan efek yang melemahkan hormon pertumbuhan. Meskipun demikian, jika kedua cara dilakukan bersama-sama, bukan berarti menyebabkan umur jauh lebih panjang.

Tikus mutasi yang menjalani diet kalori memiliki usia yang hampir sama dengan tikus normal yang juga melakukannya. Hasil penelitian ini dilaporkan dalam Proceeding of the National Academy of Sciences.

"Kerja hormon pertumbuhan tentu ada hubungannya dengan pembatasan kalori dan bertambahnya usia," kata Bartke. Insulin mungkin ikut berperan di sini.

Sebab, kedua kelompok tikus yang memiliki usia panjang sama-sama lebih sensitif terhadap insulin. Kekurangan insulin merupakan faktor risiko penyebab beberapa masalah kesehatan, misalnya diabetes, atherosklerosis, dan kanker. Kecenderungan sebaliknya itulah yang mungkin justru menguntungkan.


Sumber: NewScientist.com
Penulis: Wah

Thursday, May 11, 2006

JENIS BAHAN BAKU BIODIESEL

BUMN Harus Manfaatkan Bahan Bakar Nabati
Jakarta, Kamis

Kirim Teman Print Artikel
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diminta lebih hemat energi dengan memanfaatkan sebesar-besarnya bahan bakar nabati (biofuel) sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM). Permintaan ini disampaikan Menteri Negara BUMN, Sugiharto di Jakarta, Rabu (10/5).
"Jangan lagi mudah menaik-naikkan tarif; Karena dengan menaikkan tarif, social political cost-nya sangat tinggi," kata Sugiharto dalam sambutannya pada acara penandatanganan naskah nota kesepahaman (MOU) antara Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan sejumlah BUMN. BPPT segera melakukan kerja sama pengkajian dan penerapan teknologi minyak nabati sebagai bahan bakar alternatif di PT PLN, PT Perkebunan Nusantara VII, PT Pindad dan PT Kereta Api Indonesia.
Kerja sama dengan PLN lebih pada uji coba pemanfaatan biodiesel di Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang dimiliki PLN. Kerja sama dengan PT KAI lebih pada pemanfaatan biodiesel pada lokomotif kereta api diesel dan mesin pembangkit listrik PT KAI.
Sedangkan, kerja sama dengan PT Pindad dan PT Perkebunan Nusantara VII lebih pada kerja sama pengembangan sumber daya manusia dalam biofuel dan teknologi penyulingan minyak sawit sebagai energi alternatif.
Salah satu keuntungan penghematan BBM dengan bahan bakar nabati adalah menekan beban masyarakat. Sugiharto mencontohkan, PLN bisa memilih cara menghilangkan biaya yang tidak efisien dengan mengganti penggunaan BBM yang saat ini harganya terus meroket dengan energi alternatif yang lebih murah.
Dengan demikian, PLN sebagai BUMN terbesar dengan aset lebih dari Rp 220 triliun tidak perlu melakukan penyesuaian Tarif Dasar Listrik (TDL) dalam jangka panjang. Kebijakan menaikkan harga TDL hanya akan menambah beban masyarakat mengingat kondisi daya belinya yang masih minim.
Sumber melimpah
"Sangatlah bagus jika Indonesia mulai meniru Brasil yang 95 persen kendaraan di negaranya sudah memanfaatkan minyak nabati untuk digunakan bersama BBM, apalagi Indonesia juga seperti Brasil yang keduanya memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi," ujar Sugiharto.
Menurutnya, Indonesia memiliki 11 juta metrik ton Crude Palm Oil (CPO) yang sebagiannya bisa digunakan untuk energi alternatif guna mengurangi ketergantungan pada BBM. Dalam kesempatan itu, ia juga berharap Pertamina sebagai BUMN nomor dua terbesar yang asetnya mencapai Rp120 triliun juga segera melakukan kerja sama pemanfaatan biofuel.
Sementara itu, Kepala BPPT Said Djauharsjah Jenie, mengatakan, kerja sama dengan berbagai BUMN menunjukkan komitmen pemerintah untuk lebih banyak melakukan efisiensi energi yang di antaranya mulai menggantikan BBM dengan energi alternatif.
"Saat ini, BPPT sedang mengkaji semua bahan baku nabati yang bisa dimanfaatkan sebagai biofuel dan kami optimis pasokan ke depan akan terjamin. Untuk saat ini BPPT telah memproduksi 1.500 liter biofuel per hari," katanya. Setidaknya terdapat 60 jenis tanaman yang potensial menjadi sumber energi alternatif pengganti BBM.
"Dari mulai CPO (crude palm oil atau minyak sawit mentah), jarak pagar, singkong, sagu, tebu, sampai buah ’nyamplung’ (kosambi) bisa dimanfaatkan sebagai pengganti BBM," kata Menristek Kusmayanto Kadiman saat Peluncuran Pemakaian Bahan Bakar Nabati secara langsung (Pure Plant Oil/PPO) sebagai Bahan Bakar Alternatif oleh BPPT sehari sebelumnya. Menurutnya, BPPT sedang mengkaji bahan baku mana yang palign efisien untuk dikembangkan.
Sumber:
Ant
Penulis:
Wah