Wednesday, September 27, 2006

Testosteron Berlebih Merusak Sel Otak



Testosteron Berlebih Merusak Sel Otak


WASHINGTON, KAMIS--Jantan tapi bodoh, mungkin begitulah gambaran perilaku pria yang memiliki kadar testosteron berlebih di tubuhnya. Sebab, para peneliti menemukan bahwa kadar testosteron berlebih di dalam tubuh bisa menyebabkan rusaknya sel-sel otak.

Pengujian terhadap sel-sel otak di laboratorium menunjukkan bahwa sedikit testosteron baik bagi sel otak. Namun, kadar yang terlalu banyak menyebabkan sel-sel otak merusak sendiri seperti proses yang terjadi pada otak penderita alzheimer.

Proses kematian sel seperti ini disebut apoptosis atau kematian sel yang terprogram. Jika kondisi seperti ini berlangsung terus-menerus, sel-sel otak tidak memiliki waktu cukup untuk memulihkan diri, sehingga bisa menyebabkan kerusakan permanen di otak.

"Terlalu sedikit buruk, terlalu banyak juga buruk, tapi ukuran yang tepat membuat (tubuh) sempurna," kata Barbara Ehrlich dari Universitas Yale, Connecticut yang melaporkan temuannya dalam Journal of Biological Chemistry. Inilah bukti yang dapat menjelaskan mengapa penyalahgunaan steroid dapat memicu tindakan agresif atau kecenderungan ingin bunuh diri.

"Penelitian lain telah menujukkan, kadar steroid yang tinggi dapat menyebabkan perubahan perilaku," kata Ehrlich. Ia mengatakan, saat kadar steroid di tubuh tinggi, kadar testosteron juga tinggi dan hal tersebut dapat merusak sel-sel syaraf otak. Nah, saat sel-sel otak rusak, fungsi otak juga kacau.

Tim yang dipimpin Ehrlich tidak melihat efek yang sama dengan estrogen. Ia menduga, estrogen bersifat neuroprotektif yang justru melindungi sel-sel otak. Kalaupun tidak, estrogen hanya punya efek merusak yang kecil.

Testosteron merupakan kunci perkembangan, orientasi, dan pertumbuhan sel yang dibutuhkan pria maupun wanita. Meskipun demikian, tubuh pria memproduksi testosteron 20 persen lebih banyak. Hormon ini sering dikaitkan dengan sifat kejantanan pria.

Kadar hormon testosteron di tubuh dapat meningkat dengan penggunaan steroid. Suplemen yang dianggap sebagai doping dalam dunia olahraga ini akan berubah menjadi testosteron saat berada di dalam tubuh. Oleh karena itu, para peneliti mengingatkan bahwa setiap orang harus berpikir dua kali sebelum mengonsumsi suplemen steroid penambah testosteron, baik sebagai doping maupun untuk mempercepat pembentukan otot bagi para atlet binaraga.

"Jika suatu ketika ada pria berotot di dalam mobil sport yang memotong laju mobil Anda di jalan raya, Anda juga tidak perlu marah. Mungkin itu bukan salahnya," ujarnya sambil bergurau.



Sumber: reuters
Penulis: Wah

Thursday, September 21, 2006

sejarah seorang beragama Islam memimpin Angkatan Darat Thailand

Jenderal Sonthi Boonyaratglin, Pemimpin Kudeta Thailand


BANGKOK, RABU--Tokoh di balik kudeta militer Thailand adalah Panglima Angkatan Darat Jenderal Sonthi Boonyaratglin. Sonthi mendapat kepercayaan dari Perdana Menteri (PM) Thaksin Shinawatra dan Raja Bhumibol Adulyadej sejak setahun lalu.

Pengangkatan Sonthi merupakan sejarah bagi Thailand. Sebab, untuk pertama kalinya dalam sejarah seorang beragama Islam memimpin Angkatan Darat Thailand. Penunjukan Sonthi disebut-sebut terkait dengan upaya menghilangkan kesan diskriminatif dan meredam situasi panas di Thailand Selatan akibat pembunuhan warga Muslim.

Sonthi (60) adalah lulusan Akademi Militer Chulachomklao tahun 1969 dan beberapa kali mengikuti pelatihan militer di Amerika Serikat (AS). Dia pernah memimpin Korps Infanteri Angkatan Darat dan Pasukan Khusus Thailand.

Sebagai pucuk pimpinan Angkatan Darat, Sonthi disebut-sebut memiliki hubungan yang dekat dengan Raja Bhumibol. Kudeta militer yang dilakukannya hari Selasa malam itu bukan tanpa sepengetahuan Raja Bhumibol. Sonthi datang ke Istana untuk menjelaskan langkah yang diambil militer Thailand.



Sumber: AFP
Penulis: Nik

Monday, September 18, 2006

Austria Perkenalkan Energi Alternatif: BIOFUEL

Austria Perkenalkan Energi Alternatif


Laporan Wartawan Kompas Orin Basuki


WINA, KOMPAS--Pemerintah serta Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Austria mengundang tiga orang wartawan dari Indonesia untuk mengikuti Media Trip yang difokuskan pada pelaporan tentang pengembangan energi alternatif di negara tersebut. Kondisi tersebut didorong kebijakan pemerintah Indonesia yang mulai melirik pengembangan energi alternatif setelah mengalami kenaikan harga bahan bakar minyak sebanyak dua kali di tahun 2005.

Kunjungan ketiga wartawan tersebut diharapkan dapat memperkenalkan industri energi alternatif di Austria kepada Indonesia. Ketiga wartawan tersebut adalah wartawan Tempo Purwanto, Jakarta Post Urip Hudiono, serta wartawan Kompas Orin Basuki.

Kunjungan media tersebut dimulai sejak 18 September 2006 dan akan berakhir pada 24 September 2006, yang akan meliputi dua kota utama di Austria, yakni Wina dan Graz. Ketiga wartawan tersebut telah tiba di Wina, Senin (18/9).

Konselor Perdagangan Kedutaan Besar Austria untuk Indonesia Raymund Gradt mengatakan, beberapa langkah yang sudah dilakukan pemerintah Indonesia untuk membangun energi alternatif sudah membaik. Antara lain dengan mencoba mengembangkan tanaman jarak pagar sebagai salah satu sumber energi alternatif yang terbarukan.

“Sebab bagaimana pun juga, kita sudah tidak bisa menggantungkan diri lagi pada bahan bakar fosil yang jumlahnya semakin sedikit namun penggunanya semakin banyak, sehingga harganya semakin tinggi,” katanya.

Menurut Gradt, Austria patut dijadikan contoh dalam pengembangan energi alternatif karena menjadi negara yang efisien dalam penggunaan energi.

“Salah satu contohnya adalah penggunaan minyak makan, yang hanya digunakan dua kali oleh ibu rumah tangga, setelah itu dibuang. Di Austria ada sebuah perusahaan yang mengumpulkan minyak makan tersebut, kemudian mengolahnya menjadi minyak lain yang dapat digunakan untuk menghidupkan kendaraan bermotor,” kata Gradt.

Monday, September 04, 2006

Teknologi Nano Gandakan Kekuatan Beton

Teknologi Nano Gandakan Kekuatan Beton


JAKARTA, SENIN - Konstruksi bangunan menjadi dua kali lebih kokoh, tahan gempa, dan kedap air laut menggunakan bahan konstruksi nanosilika. Material jenis ini dapat dihasilkan melalui pengolahan silika yang melimpah ruah di Indonesia dengan teknologi nano.

"Dengan campuran 10 persen bahan nanosilika, kekuatan beton bertambah menjadi dua kali lipatnya," kata penemu dan pemilik paten nanosilika Dr. Nurul Taufiqu Rochman di sela Konferensi Internasional Advanced Material and Practical Nanotechnology di Serpong, Banten, Senin (4/9).

Indonesia, ujar Peneliti dari Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu, memiliki potensi silika hingga miliaran ton. Bahan tersebut dapat ditemukan di berbagai tempat seperti pantai, pegunungan, dan lain-lain sehingga dapat diperoleh dengan mudah dan murah.

Untuk mengolah silika, ujar Nurul, pihaknya telah mematenkan alat pengolah khusus ball mill. Alat ini yang menghancurkan mineral tersebut hingga berukuran nanometer (sepermiliar meter).

Nanosilika harganya hanya 30 persen lebih mahal daripada semen, namun kualitasnya mencapai dua kali lipat. Produksi nanosilika dalam negeri menjadi alternatif untuk menggantikan mikrosilika yang saat ini masih diimpor dan dengan harga relatif jauh lebih mahal.

"Mikrosilika adalah silika yang digiling dengan peralatan penggilingan biasa sebagai bahan konstruksi beton. Namun nanosilika diproses dengan ball mill yang hasilnya menjadi lebih halus lagi sehingga menjadi lebih kuat," katanya.

Di masa depan, ia berharap konstruksi sipil seperti bangunan, jembatan, terowongan, bahkan bangunan di dalam laut menjadi lebih murah dan sederhana dengan nanosilika.

Sangat terlambat

Ketua Masyarakat Nanoteknologi Indonesia (MNI) itu mengatakan, Indonesia sebenarnya sudah sangat terlambat memasuki dunia nanoteknologi yang jika tidak segera memulainya sekarang juga bakal menghadapi banyak masalah di masa depan. Nurul yang dalam kesempatan itu juga meluncurkan buku Nano-Edu, buku pengenalan teknologi nano untuk pelajar, meminta pemerintah lebih memasyarakatkan teknologi nano kepada anak-anak sejak dini.

"Di Jepang, sekarang semua lab sudah menggunakan nama nano, jika tidak, lab itu tak akan dilirik. Itu mencerminkan di masyarakat dunia, teknologi nano sudah memasyarakat. Sayangnya di Indonesia, orang masih bertanya-tanya benda apakah nano itu," katanya.

Di luar negeri, ujarnya, kaca-kaca bangunan tinggi sudah menggunakan teknologi nano sehingga selalu bersih dan tak perlu perawatan, kosmetik penahan virus juga sudah diproduksi. Teknologi nano, ujarnya, mampu menyusun atom atau molekul karbon yang terdapat dalam batubara dan grafit menjadi sebutir berlian yang berkilauan.

"Itu karena atom-atom yang terdapat dalam grafit sama persis dengan atom-atom dalam berlian, yang berbeda hanya strukturnya dan dapat direkayasa dengan teknologi nano," ujarnya.

Karena itu Indonesia jangan sampai hanya menonton saja dan menjadi negara pengimpor berbagai produk hasil teknologi nano. Namun, bangsa Indonesia harus berperan aktif bahkan menjadi pengekspor bahan-bahan hasil teknologi nano.



Sumber: Antara
Penulis: Wah