Wednesday, January 18, 2006

Tembakau Sebagai Sumber Vaksin Pes

Tembakau Sebagai Sumber Vaksin Pes
Jakarta, Kamis

Kirim Teman Print Artikel
ist.
Tembakau dapat dimanfaatkan untuk memproduksi vaksin pes.
Helai-helai daun tembakau terbaik berharga mahal sebab dapat digunakan untuk meracik rokok berkualitas tinggi. Namun seiring tekanan produksi rokok untuk meningkatkan tingkat kesehatan penduduk dunia, tembakau makin tak bernilai. Di lain pihak, tanaman tembakau ternyata berpotensi menjadi sumber penghasil vaksin penangkal penyakit pes.
Virus mosaik tembakau (TMV) adalah salah satu penyebab penyakit tertua yang pernah diketahui. Pembawa wabah penyakit yang dikenal sebagai black death pada jaman Eropa pertengahan ini mulai mendapat perhatian beberapa tahun terakhir sejak adanya kemungkinan disalahgunakan menjadi senjata biologi.
Oleh karena itu, para ilmuwan berusaha membuat vaksin penangkalnya dengan cara menyuntikkan TMV ke tanaman inangnya (tembakau). Dengan cara demikian diharapkan tembakau menghasilkan protein penangkal penyakit. Bukannya merusak, virus dalam jumlah terkendali itu justru membantu tembakau sebagi pabrik penghasil vaksin pes.
Spesialis bioteknologi Charles Arntzen dan koleganya di Arizona State University menggunakan suatu proses yang dikembangkan di Jerman untuk menghasilkan efek tersebut. Pertama-tama, mereka menyuntikkan TMV ke batang tembakau. Namun virus tersebut telah dimodifikasi agar menghasilkan salah satu dari tiga antigen yang diketahui melawan pes. Antigen tersebut adalah protein yang dikenal dengan nama F1, V, dan gabungan keduanya.
Ketiga jenis virus hasil modifikasi kemudian akan menyebar dengan cepat ke seluruh bagian tanaman dan berkembang biak. Tapi bukannya merusak tanaman, setiap sel virus justru membuat jenis protein antigen. Dalam 10 hari, para peneliti bisa memanen daun tembakau yang penuh dengan vaksin. "Setiap saat ia berkembang biak membuat protein yang kami inginkan," kata Arntzen.
Arntzen dan koleganya kemudian memetik daun yang telah tua, dan mengambil sekitar dua miligram antigen dari setiap gram daun dan memurnikannya menggunakan larutan asam. Peneliti pendamping dari Medical Research Institute of Infectious Disease milik AD AS di Maryland kemudian memberikan vaksin tersebut kepada delapan guinea pig (sejenis marmut) sebelum menyuntikkan kepadanya Yersinia pestis, bakteri yang menyebarkan pes melalui udara.
Selama enam hari, babi-babi yang tidak divaksinasi mati, sekitar 60 persen babi yang divaksinasi tetap hidup meskipun yang akhirnya mati masih bertahan selama enam hari sejak ditulari penyakit. Antigen V terlihat paling efektif sebab mampu mempertahankan 75 persen babi yang terkena penyakit pes.
Uji coba pada manusia tinggal menunggu waktu. Tapi, vaksin yang akan dipakai harus dipastikan tidak akan resisten terhadap antibiotik yang bisa menyebabkan wabah berbahaya. Penelitian ini dijelaskan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences edisi online minggu ini.
Sumber:
sciam.com
Penulis:
Wah

No comments: