Wednesday, January 18, 2006

Helm Terbaru Lebih Aman dari Helm Standar

Helm Terbaru Lebih Aman dari Helm Standar
Jakarta, Rabu

Kirim Teman Print Artikel
ist.
Helm Revolution yang menggunakan tambahan pengaman di bagian-bagian kepala dan dagu lebih aman daripada helm standar
Helm adalah salah satu pengaman utama bagi pengendara sepeda motor dan para pemain olahraga keras, misalnya football Amerika. Tapi, apakah dengan memakai helm, penggunanya dijamin aman dari luka dan gegar otak? Ada faktor desain yang menentukan baik tidaknya helm.
Baru-baru ini para peneliti membuktikan bahwa teknologi helm terbaru - dengan tambahan pengaman pada bagian-bagian tertentu di kepala dan dagunya - membuat resiko gegar otak karena benturan yang keras dapat ditekan. Persentase atlet yang terkena gegar otak lebih sedikit pada yang memakai helm tersebut daripada yang memakai helm standar. Temuan para peneliti di University of Pittsburgh Medical Center (UPMC) selama tiga tahun itu dilaporkan dalam jurnal Neurosurgery edisi Februari.
Penelitian tersebut dilakukan terhadap 2.141 pemain football Amerika sejak 2002 hingga 2004. Sebanyak 1.173 di antaranya memakai helm teknologi baru sedangkan 968 lainnya memakai helm standar. Helm berteknologi baru yang dijual dengan merek Revolution itu sendiri diperkenalkan sejak 2002. Investigator utamanya Micky Collins mengklaim bahwa penelitian yang didanai oleh perusahaan pembuat helm Riddell dan National Institute of Health adalah yang pertama kali mengamati pengaruh teknologi helm terhadap luka dan gegar otak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat terjadinya gegar otak setiap tahunnya adalah 5,3 persen pada atlet yang memakai helm berteknologi baru dan 7,6 persen pada atlet pemakai helm standar. Dengan demikian, para pemakai helm teknologi baru memiliki resiko terkena gegar otak 31 persen lebih kecil dibandingkan pemakai helm standar.
Meskipun menurunkan resiko gegar otak, bukan berarti helm tersebut mempengaruhi tingkat pemulihan atlet yang terkena gegar otak. Menurut Collins, 50 persen atlet yang terkena gegar otak tidak sembuh dalam seminggu, 30 persen tidak pulih dalam dua minggu, dan 15 persen yang tidak pulih dalam tiga minggu. Kecenderungan ini berlaku pada pemakai kedua bentuk helm berdasarkan tes yang mengecek reaksi atlet dan kemampuan ingatannya sebelum dan sesudah terkena gegar otak.
Pengaruh helm terhadap resiko terluka dan pemulihannya penting untuk diperhatikan sebab menurunnya kemampuan kognitif atlet yang terluka akan mengganggu aktivitasnya di kelas. Atlet yang terkena gegar otak juga memiliki resiko yang besar jika kembali bermain di lapangan. Sebelumnya tidak ada penelitian tentang hal tersebut.
Stefen Duma, direktur Center for Injury Biomechanics di Virginia Tech, Blacksburg menyebut penelitian UPMC sebagai aspek penting untuk memperbaiki keselamatan atlet. Duma dan Kevin Guskiewicz, kepala Departement of Exercize and Sport Science di University of North Carolina juga melakukan penelitian serupa. Mereka megukur percepatan gerak kepala secara real time dengan memasang pemancar nirkabel di helm terbaru maupun standar yang dipakai para atlet.
Guskiewicz berharap penelitiannya dapat membantu para peneliti untuk membuat pengaman kepala yang lebih baik. "Ada faktor-faktor desain yang dapat dimodifikasi untuk mengurangi resiko gegar otak," kata Duma. Dengan bukti tersebut, mereka berharap hasilnya dapat dijadikan pertimbangan untuk memperbaiki desain helm yang lebih aman.
Sumber:
AP
Penulis:
Wah

No comments: