Jakarta, Selasa
|
Jenis ikan-ikan tertentu mampu bertahan hidup di perairan sedingin Antartika sekalipun, salah satunya spesies ikan bernama Antartctic notothenioids. Ikan tersebut dapat bertahan hidup pada kondisi ekstrim karena mengandung protein yang mencegah cairan tubuhnya berubah menjadi kristal es.
Protein yang disebut antifreeze glycoprotein (AFGP) telah diketahui sejak 35 tahun lalu. Namun, para ilmuwan belum mengetahui bagaimana dan di mana molekul-molekul tersebut dihasilkan dalam tubuh ikan.
Selama bertahun-tahun, mereka menduga AFGP diproduksi di hati karena organ tersebut diketahui menjadi pabrik protein darah. Tapi, saat dilacak balik, AFGP tidak bersumber dari hati.
Hasil analisis terhadap jaringan ikan nototheniods menunjukkan bahwa protein anti-dingin tersebut dihasilkan dari pankreas dan lambung. Temuan ini dilaporkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences edisi online 19 Juni.
"Ini membuktikan bahwa hati tidak memiliki peranan di sini," kata salah satu penulis laporan penelitian, Christina Cheng, dari Universitas Illinois, Urbana-Champagne.
Di Laut Antartika bagian selatan, suhu air laut jarang di atas minus 2 derajat Celcius. Sedangkan, cairan di dalam tubuh ikan membeku pada suhu minus 1 derajat Celcius. Air laut sering bercampur dengan kristal es berukuran kecil yang mungkin dapat membekukan cairan dalam lambung ikan saat mencernanya.
AFGP yang dihasilkan di ususnya kemudian diserap ke dalam darah sehingga cairan tubuhnya tidak membeku. Kemampuan ini kemungkinan terbentuk sebagai hasil evolusi yang dipicu kebutuhan nototheniods agar bertahan hidup di lingkungan ekstrim.
Sumber: | LiveScience.com |
Penulis: | Wah |
No comments:
Post a Comment